Amsal 20: 7
Hikmat seseorang
terlihat melalui perilakunya. Bersih dan jujurnya seseorang dikenali dari
perbuatannya (ayat 11). Orang berhikmat akan mampu
menyelami isi hati dan kedalaman pikiran orang lain (ayat 5). Namun kurangnya hikmat akan
membuat orang bertindak tanpa kendali diri. Orang yang tidak bisa mengendalikan diri dalam
hal minuman keras akan mempermalukan diri sendiri (ayat 1). Ia akan mabuk dan tidak
mempertimbangkan apapun dalam segala perbuatannya. Perhatikan kisah Nuh (Kej. 9:21) dan Lot (Kej. 19:31-36). Tidak adanya kendali diri juga
akan tampak dalam ledakan amarah (ayat 3), sebaliknya hikmat akan memampukan
orang untuk tidak terlibat dalam perbantahan (ayat 2). Si pemalas adalah orang yang tidak berhikmat.
Ia tidak pernah memikirkan masa depannya. Ia selalu punya alasan untuk tidak
bekerja (ayat 4). Yang dia sukai hanyalah tidur dan
bermalas-malasan (ayat 13). Lalu bagaimana ia memenuhi
kebutuhan hidupnya? Bantuan dari orang lainlah yang dia harapkan! Alangkah
kasihannya orang yang malas ini.
Orang yang tidak berhikmat tampak lewat perkataan yang
banyak menyanjung diri (ayat 6). Mungkin karena tidak ada bukti
yang menunjukkan bahwa ia baik, sehingga ia merasa perlu mengobral kata-kata
tentang kebaikan dirinya. Maka di dalam segala sesuatu kita perlu hidup
berintegritas (ayat 7). Meski tidak ada orang yang tahu,
jangan berbuat curang karena Allah yang Mahaadil melihat semua itu dengan jelas
(ayat 8). Bila kita bekerja di dalam dunia
perdagangan, jangan menggunakan timbangan atau ukuran yang sudah dibuat
sedemikian rupa sehingga barang yang kita jual tidak mencapai timbangan atau
ukuran yang seharusnya (ayat 10). Kekayaan yang diperoleh dari
kecurangan bukanlah berkat Tuhan. Lagi pula kekayaan bukanlah segala-galanya
(ayat 15). Hidup berhikmat hendaknya bukan
hanya berlaku pada hari Minggu saja, sementara hari lain kita hidup dengan cara
berbeda. Buka mata dan telinga agar kita dapat belajar untuk melakukan apa yang
benar dan kudus menurut Allah (ayat 12). Manusia memang tidak pernah berbeda. Amsal
yang ditulis oleh raja Salomo hampir 3000 tahun yang lalu memperingatkan dan
membicarakan sikap, perangai, dan hakikat manusia pada zamannya yang ternyata
tidak berbeda dengan manusia abad 21. Ia memperingatkan manusia agar tidak
dikuasai oleh zat-zat adiktif seperti anggur dan minuman keras karena orang
yang dikuasainya akan merugikan masyarakat dan merusak tubuhnya serta
menghancurkan masa depannya sendiri (1). Peringatan Salomo ini masih relevan
untuk zaman ini karena banyak orang yang sudah dikuasai oleh narkoba, mulai dari
anak-anak hingga orang dewasa, dari orang sipil hingga para pejabat, dari
pegawai rendahan hingga para eksekutif. Praktek ketidakjujuran dalam
perdagangan sama-sama dilakukan oleh penjual dan pembeli (10, 14).
Zaman sekarang praktek semacam itu dilakukan dengan
bentuk yang lebih canggih seperti: nilai proyek yang direkayasa demi mengeruk
uang rakyat, prosedur tender yang tertutup dan pemenangnya adalah
`konco-konco'nya sendiri, monopoli dilakukan terhadap proyek-proyek dan
barang-barang penting bagi seluruh rakyat. Itu semua adalah kekejian bagi Tuhan
karena menyengsarakan rakyat banyak seperti yang terjadi di negara kita.
Kemalasan juga termasuk `penyakit' abadi manusia. Mereka membuang kesempatan
yang ada demi kenikmatan sementara padahal ada kebutuhan utama yang harus
selalu dipenuhi (4, 13). Zaman sekarang penyakit itu sedikit berbeda. Dahulu,
orang malas menjadi miskin. Sekarang miskin menjadi malas. Sebab penanganan
secara tuntas untuk memberantas kemiskinan tidak bijak. Selalu ada pihak yang
bersedia memberi ikan bukan pancing. Akibatnya tanpa pancing pun mereka dapat
makan ikan. Dengan demikian kemalasan dan kemiskinan sama-sama dilanggengkan.
Dan yang tidak pernah berubah adalah tidak ada orang setia, tidak ada orang
yang bersih hatinya dan tahir dari dosa (7, 9). Semua orang telah berbuat dosa
seperti kata Paulus (Rm. 3:23).
Renungkan: Bagaimana Kristen meresponi manusia yang tidak pernah
berbeda dari zaman ke zaman? Kita diberi telinga untuk mendengar keluhan,
teriakan, dan jeritan mereka minta tolong untuk disembuhkan, dibebaskan,
dientaskan, dan diselamatkan, diberi mata untuk melihat bahwa mereka semua
sedang antri berbaris menuju kebinasaan kekal (12). Temukanlah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar